Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur
hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa
sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan
dalam penyediaan unsur hara ini dapat diatasi melalui pemupukan. Secara umum,
pemupukan memiliki manfaat dalam menyediakan kebutuhan unsur hara di dalam
tanah yang digunakan tanaman dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menjaga
kondisi tanaman yang sehat dan tercapainya tingkat produksi tanaman yang
maksimal secara stabil.
Pupuk yang digunakan pada perkebunan
kelapa sawit adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berasal dari
limbah hasil pengolahan kelapa sawit di pabrik, limbah perkebunan dan inokulan
tanah. Penggunaan limbah tersebut sebagai pupuk organik selain bermanfaat dalam
menyediakan unsur hara juga dapat mengurangi biaya pemupukan, peremajaan tanah
dan mengurangi polusi lingkungan. Tabel 7 menunjukkan jenis-jenis pupuk
organik.
Jenis Pupuk
|
||
Limbah perkebunan
|
Limbah hasil pengolahan kelapa sawit
di pabrik
|
Inokulan tanah
|
Sisa-sisa
tumbuhan
· Pelepah kelapa
sawit
· Kacang-kacangan
(cover
crop)
· Gulma
Pupuk hijau
· Kacangan atau
tumbuhan lain yang dibenam dalam tanah
Pupuk kandang
· Kotoran ternak seperti
sapi, ayam, kambing, babi, dll.
|
Pupuk organik
padat
· Janjang kosong
· Kompos janjang
kosong
· Abu janjang
kosong
· (Wet) decanter solid
Pupuk organik
cair
· Palm oil mill
effluent (POME)
|
Bakteri legum
pengikat N
· Rhyzobium sp.
Bakteri nonlegum
pengikat N
· Azotobacter sp.
· Beijerincka sp.
· Clostridium sp.
· Achromobacter sp.
· Pseudomonaas sp.
Cendawan
pengikat P
· Mycorhiza vesikuler arbuskules
· Glomus sp.
dll
|
§ Janjang Kosong
Janjang kosong (JJK) merupakan produk
dari pabrik kelapa sawit setelah TBS melalui proses strerilizer dan stripper.
Kandungan materi organik pada JJK mampu meningkatkan peremajaan tanah yang
penting untuk jangka waktu lama. Aplikasi JJK juga sangat efektif sebagai mulsa
sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembapan tanah dan
mengurangi dampak kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman serta produksi pada
saat kemarau. Selain itu, JJK secara signifikan dapat mengurangi kerugian
nutrisi melalui proses pencucian dan aliran permukaan atau menjaga terjadinya
erosi tanah pada areal yang curah hujannya tinggi. Data-data pada Tabel 8
menunjukkan bahwa rata-rata satu ton JJK mengandung unsur hara utama sebanding
dengan 8.00 kg urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP dan 5.00 kg Kieserit. JJK juga
mengandung unsur hara lainnya, seperti B, Cu, Zn, Fe dan Mn. Aplikasi JJK
sangat sesuai dalam memenuhi atau menggantikan sebagian pupuk anorganik, jika
jumlah pasokan haranya sebanding dengan pupuk anorganik tersebut.
Tabel
8. Persentase unsur hara dalam janjang kosong
Hara Utama
|
Persentase
Unsur Hara dalam Janjang Kosong
|
Per Ton
Janjang Kosong Sebanding dengan Pupuk Anorganik
|
|
Kisaran
|
Rata-Rata
|
||
Nitrogen (N)
|
0.32-0.43
|
0.37
|
8.00 kg Urea
|
Fosfor (P)
|
0.03-0.05
|
0.04
|
2.90 kg RP
|
Kalium (K)
|
0.89-0.95
|
0.91
|
18.30 kg MOP
|
Magnesium (Mg)
|
0.07-0.10
|
0.08
|
5.00 kg
Kieserit
|
Sumber: Iyung Pahan (2008)
§ Abu Janjang
Kosong
Abu JJK merupakan produk akhir hasil pembakaran
JJK pada incinerator PKS. Abu JJK
bersifat sangat alkalis (pH=12), sehingga dapat memperbaiki pH tanah masam,
mengaktifkan pertumbuhan akar, serta meningkatkan ketersediaan hara tanah dan
aktifitas mikroorganisme pada tanah gambut atau tanah mineral asam. Abu JJK
juga sangat higroskopis (mudah menyerap uap air dari udara) dan mengandung hara
yang sangat mudah larut dalam air. Tabel 9 menunjukkan kandungan unsur hara
dalam abu JJK. Kandungan Kalium (K) yang tinggi pada abu JJK dapat mensubtitusi
pupuk MOP sehingga menghemat biaya pemupukan.
Tabel 9. Persentase unsur hara dalam abu JJK
Unsur Hara
|
Kisaran Persentase Hara dalam
abu JJK (%)
|
35.0-47.0
|
|
2.3-3.5
|
|
MgO
|
4.0-6.0
|
CaO
|
4.0-6.0
|
Sumber:
Iyung Pahan (2008)
Metode aplikasi
abu JJK disajikan pada Tabel 10. Rotasi pengaplikasian abu JJK adalah satu kali
dalam setahun. Perlu kewaspadaan dalam pengaplikasiannya, karena penggunaan
yang tidak tepat dapat menyebabkan akar dan daun tanaman terbakar (disebabkan
kandungan Kalium yang tinggi pada abu JJK), serta kontak langsung dengan pupuk
tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit karyawan (menyebabkan gatal dan
memperparah luka). Oleh karena itu, pekerja diharuskan untuk menggunakan sarung
tangan kulit, masker wajah dan pakaian pelindung.
Tabel 10. Persentase unsur hara dalam
abu JJK
Umur
|
Kondisi
|
Kisaran Persentase Hara dalam
abu JJK (%)
|
3-6 Tahun
|
-
|
Disebar
merata secara melingkar dari radius sekitar 30 cm dari pangkal tanaman sampai
batas luar piringan
|
> 7 Tahun
|
Vegetasi
gulma tidak terlalu merugikan
|
Disebar
pada gawangan mati disekitar tumpukkan pelepah
|
> 7 Tahun
|
Vegetasi
gulma padat atau merugikan
|
Disebar
merata secara melingkar mulai dari radius sekitar 30 cm dari pangkal tanaman
sampai batas luar piringan
|
§ Decanter Solid
Decanter solid merupakan
produk akhir dari proses pengolahan TBS di pabrik dengan menggunakan sistem decanter yang menghasilkan padatan
lumpur dengan kelembapan yang tinggi dan bersifat asam. Aplikasi decanter solid pada tanaman dapat
meningkatkan kandungan fisik, biologi dan kimia pada tanah dan menurunkan
kebutuhan pupuk anorganik. Data-data pada tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata satu ton decanter solid
mengandung unsur hara sebanding dengan 10.3 kg urea, 3.3 kg RP, 6.1 kg MOP dan
4.5 kg Kieserit.
Tabel 10. Persentase unsur hara dalam decanter solid
Unsur Hara
utama
|
Rata-Rata
Persentase Hara dalam Decanter Solid
(%)
|
Per Ton Decanter Solid Sebanding dengan Pupuk
Anorganik
|
Nitrogen (N)
|
0.472
|
10.3 kg Urea
|
Fosfor (P)
|
0.046
|
3.3 kg RP
|
Kalium (K)
|
0.304
|
6.1 kg MOP
|
Magnesium (Mg)
|
0.070
|
4.5 kg
Kieserit
|
Sumber: Iyung Pahan (2008)
Decanter solid diaplikasikan
diantara dua pokok kelapa sawit dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di
gawangan mati dengan dosis 70 kg per tanaman. Rotasi pengaplikasiannya satu
kali dalam setahun. Decanter solid diaplikasikan diantara dua pokok
kelapa sawit dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan
dosis 70 kg per tanaman. Rotasi pengaplikasiannya satu kali dalam setahun.
§ Palm Oil Mill Effluent (POME)
POME merupakan limbah cair yang
mengandung bahan organik tinggi yang diperoleh dari PKS melalui proses sterilizer condensate, sludge dari klarifikasi dan air buangan hydrocyclone. POME dapat dimanfaatkan
sebagai pengganti pupuk anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman ketika
kekeringan melanda dan juga dapat mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika
dibuang ke sungai. Aplikasi limbah cair
dialirkan melalui pipa PVC dari pabrik ke flatbed
yang berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5
/flatbed. Rata-rata untuk 1 ha lahan
terdapat ± 53 flatbed. Rotasi
pengisian flatbed adalah tiga bulan
sekali.
§ Kompos
Kompos merupakan produk hasil campuran
limbah pabrik, yaitu campuran JJK yang dicincang, decanter solid dan POME. Kompos bermanfaat dalam menyediakan unsur
hara, serta dapat dijadikan mulsa sehingga mampu menjaga kelembapan tanah dan
menekan pertumbuhan gulma. Dosis kompos yang diaplikasikan pada tanaman kelapa
sawit sebanyak 50 kg/tanaman dengan rotasi dua kali dalam setahun. Metode aplikasinya,
kompos disusun dan diratakan (tidak menumpuk) di samping gawangan mati,
sedangkan untuk lahan terasan kompos disusun di dinding teras antara dua
tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar