Selasa, 08 Juli 2014

Sekilas Pembibitan Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman ini pertama kali di budidayakan secara komersial pada tahun 1911 oleh K. Schadt (orang berkebangsaan Jerman) dan M. Adrien Hallet (orang berkebangsaan Belgia). Schadt mendirikan perkebunan kelapa sawit di Tanah Ulu (Deli), sedangkan Hallet mendirikan perkebunan di daerah Pulau Raja (Asahan) dan sungai Liput (Aceh). Sejak saat itulah, perkebunan kelapa sawit terus dikembangkan hingga sekarang. Perkembangan usaha perkebunan ini sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak sawit yang terus bertambah setiap tahunnya. Prinsip dasar dalam usaha perkebunan kelapa sawit yaitu memperoleh produksi yang maksimal dan kualitas produk yang dapat diterima dengan biaya seminimal mungkin. Produksi maksimal ini dapat diperoleh dengan kegiatan teknis budidaya yang baik, salah satunya ketika tahap pembibitan. Pembibitan merupakan langkah awal dalam budidaya kelapa sawit dan harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan.
Perkebunan kelapa sawit dapat dikatakan sebagai suatu bentuk investasi jangka panjang. Investasi yang sebenarnya bagi perkebunan ini berada pada bibit yang akan ditanam. Bibit yang berkualitas merupakan sumber keuntungan pada perusahaan kelak. Apabila perusahaan tidak menggunakan bibit tersebut, besar kemungkinan bahwa perusahaan akan mendapatkan kerugian dana, waktu dan tenaga. Hal ini dapat diketahui setelah tanaman mulai menghasilkan, berkisar umur 2-4 tahun setelah tanam.
Pemeliharaan bibit kelapa sawit diperlukan kecermatan dan ketelitian. Pemeliharaan yang baik akan menghasilkan bibit yang berkualitas sehingga akan menghasilkan pertumbuhan tanaman dan buah yang baik di masa yang akan datang. Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah bibit yang dapat ditanam di lapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan. Umur tanaman kelapa sawit mulai saat ditanam sampai peremajaan kembali (replanting) dapat mencapai umur ekonomis antara 25-30 tahun. Keadaan ini sangat ditentukan oleh kualitas bibit yang ditanam. Oleh sebab itu teknik dan pengelolaan pembibitan harus menjadi perhatian utama dan serius.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit adalah innate (genetis), induce (teknis agronomis) dan enforce (faktor lingkungan). Faktor innate berkaitan dengan genetik tanaman dan mutlak sudah ada sejak mulai terbentuknya embrio dalam biji, sehingga untuk mengelola faktor ini hanyalah dengan membeli kecambah dari produsen terpercaya seperti PPKS Medan, PT Socfindo, Lonsum (Lonsum Grup), OPSG Topaz (Asian Agri), Dami Mas (SMART) dan Sriwijaya (Selapan Jaya). Faktor induce adalah faktor yang mempengaruhi ekspresi sifat genetik sebagai manifestasi faktor lingkungan yang terkait dengan teknis agronomis yang diterapkan oleh manusia terhadap tanaman. Tanpa memperhatikan faktor induce tersebut, tanaman tidak akan tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, sehingga sebaiknya pengelola melaksanakan prosedur pemeliharaan tanaman sesusai dengan yang disarankan oleh produsen kecambah terkait. Faktor enforce adalah faktor lingkungan (alam) yang merangsang atau menghambat pertumbuhan tanaman. Faktor enforce tidak dapat dikendalikan oleh manusia secara langsung, tetapi dapat dikurangi dengan memperbaiki faktor induce. Faktor enforce yang paling berpengaruh terhadap tanaman, yaitu keadaan tanah dan iklim, seperti temperatur, kelembapan udara, curah hujan, serta lama penyinaran matahari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar