Kamis, 10 Juli 2014

Penunasan (Pruning) Pelepah Daun Kelapa Sawit

        Penunasan adalah suatu kegiatan pemangkasan pelepah daun sesuai umur tanaman serta membuang pelepah daun yang tidak produktif (pelepah sengkleh, kering atau terserang hama/penyakit). Hal ini dilakukan untuk mempertahankan luasan permukaan daun yang optimum untuk fotosintesis supaya mendapatkan produksi yang maksimum.  Tujuan lain dari penunasan ini adalah untuk menjaga sanitasi tanaman sehingga dapat mencegah serangan hama atau penyakit, efisiensi distribusi fotosintat untuk pembungaan dan pembuahan, memperlancar penyerbukan, mempermudah pengamatan tandan masak, mengurangi tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah dan tertinggalnya buah di pokok, mempermudah panen dan menciptakan kondisi kerja yang baik bagi pekerja.
          Penunasan dilakukan dengan menggunakan alat bantu, yaitu dodos dan egrek. Dalam penggunaannya, alat-alat tersebut disesuaikan dengan umur tanaman, tinggi tanaman dan ukuran pangkal pelepah. Penggolongan alat kerja dapat dilihat pada tabel 1.A dan Norma prestasi dan formulasi perhitungan kebutuhan tenaga tunas dapat dilihat pada tabel 1.B.
Tabel 1.A. Penggolongan alat kerja berdasarkan pertambahan umur tanaman
No
Nama Alat
Ketinggian Batang
Penggunaan/Pemakaian
1
Dodos kecil
(lebar mata 8 cm)
Di bawah 90 cm
Tunas pada tanaman berumur di bawah 4 tahun
2
Dodos besar
(lebar mata 14 cm)
90 cm-2.5 m
Tunas pada tanaman berumur 4-8 tahun
3
Pisau egrek
Di atas 2.5 m
Tunas pada tanaman berumur di atas 8 tahun
Sumber: Iyung Pahan (2008) 
Tabel 1.B. Kebutuhan tenaga tunas pokok
Jenis Tunas
Norma Prestasi
Umur Tanaman (Tahun)
(ha/hk)
(hk/ha)
Tunas Pasir
1.0-1.5
0.7-1.0
< 3 (1-2 bulan sebelum TM)
Tunas Periodik
0.8-1.0
0.4-0.6
1.0-1.3
1.7-2.5
4-7 tahun
≥ 8
Formulasi kebutuhan tenaga tunas per hari
Jumlah tenaga tunas per hari =
[total luas areal tunas (ha) x X (hk/ha)]/[9 (bulan) x 25 (hari)]
Sumber: Iyung Pahan (2008)
         Penunasan pelepah pertama kali dilakukan 1-2 bulan sebelum pokok mulai di panen, penunasan ini dikenal dengan tunas pasir. Prinsip penunasannya adalah hanya membuang pelepah yang berada satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan pelepah kering. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil. Setelah tunas pasir selesai, tidak diperkenankan untuk melakukan penunasan sampai tanaman berumur 4 tahun. Tunas periodik mulai dilakukan ketika tanaman telah berumur di atas 4 tahun dengan rotasi 9 bulan sekali, namun disesuaikan kembali dengan kondisi di lapangan. Cara tunas periodik yaitu dengan memotong pelepah daun terbawah hingga rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda. Selama menunas, semua tanaman epifit pada batang dibersihkan dengan tangan atau ”digobyok” dengan batang pelepah pada bagian yang lebih tinggi. Khusus untuk pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara harus ditunas hati-hati, cukup membuang daun yang kering saja. Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya akan dibongkar.
Penyusunan pelepah-pelepah hasil pemangkasan dibedakan berdasarkan areal topografinya. Jenis-jenis penyusunan pelepah-pelepah tersebut, yaitu:
1.    Areal datar atau bergelombang
Pelepah-pelepah disusun di tengah gawangan mati dengan lebar 2-2.5 m dan tidak boleh ada pelepah dipiringan dan parit/sungai. Untuk memudahkan penyusunannya, setiap sepuluh pokok dibuat pancang dari pelepah sehingga susunan pelepah menjadi lurus/tidak lari. Kemudian, letak pangkal dibuat seragam, misalnya menghadap ke timur semua atau ke barat semua, sehingga rumpukkan tidak melebar. Keuntungan cara penyusunan ini, yaitu menghemat energi dan waktu tukang potong buah/tunas karena pelepah tidak perlu dipotong.
2.    Areal yang terdapat parit pada gawangan mati
Pelepah disusun sejajar parit dengan jarak 1 m dari parit. Enam bulan kemudian pelepah disusun melintang diantara pokok, namun pelepah terlebih dahulu dipotong menjadi tiga bagian supaya tidak menghalangi gawangan. Rotasi dilakukan setiap enam bulan sekali supaya pelepah tidak menumpuk.
3.    Areal berbukit hingga bergunung dengan terasan
Pelepah-pelapah disusun di bagian bibir terasan dan searah dengan terasannya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah erosi tanah dan menahan jatuhnya TBS yang dipanen ke arah kaki bukit.
Secara umum, pelepah-pelepah yang disusun dapat berfungsi sebagai mulsa yang menekan pertumbuhan gulma ditengah gawangan, pelepah yang membusuk menjadi pupuk organik sehingga menambah unsur hara tanah, menjaga struktur tanah dari erosi dan mempertahankan kelembapan sehingga merangsang pertumbuhan akar sawit di gawangan mati.
Kecermatan dan pengetahuan mengenai penunasan perlu dimiliki oleh penunas, jangan sampai terjadi over pruning (pelepah produktif yang ditunas terlalu berlebihan) atau under pruning (pelepah tidak ditunas/gondrong) yang diukur berdasarkan ketentuan jumlah pelepah yang dipertahankan sesuai umur (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
Umur Tanaman (Tahun)
Kebijakan
Jumlah Songgo
Jumlah Pelepah/Spiral
< 3
Pemotongan pelepah tidak diperbolehkan. Prioritas untuk permulaan panen dengan cara memotong pelepah-pelepah tua dan kering


4-7
Dipertahankan 48-56 pelepah
3
6-7
8-14
Dipertahankan 40-48 pelepah
2
5-6
> 15
Minimum dipertahankan 32 pelepah
1
4
Sumber: Iyung Pahan (2008)
Over pruning dapat mengakibatkan berkurangnya areal fotosintesis dan pokok menjadi stres yang terlihat dari peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BJR (bobot janjang rata-rata), sehingga produksi menurun. Sedangkan under pruning dapat mengganggu proses panen serta meningkatkan kehilangan hasil melalui brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dan buah yang tinggal dipokok.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar